Minggu, 04 Desember 2011

YA Ibad Bukan Pengajian Biasa

YA Ibad Bukan Pengajian Biasa

YA Ibad

YA Ibad atau singkatan dari Yayasan Almukhlashin Ibadurrahman, sebuah yayasan sosial keagamaan yang berdiri sejak tahun 1982 dan berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Sudah lebih dari 23 tahun YA Ibad mengadakan pengajian dan kini telah memiliki ratusan titik syiar yang tersebar di seluruh pulau Jawa, pulau Bali, Pulau Sumatera, pulau Kalimantan dan pulau Sulawesi. Jumlah jama’ahnya lebih dari puluhan ribu orang dan dari beragam profesi.

Setiap pengajian punya ciri khas dan di YA Ibad juga ada ciri khasnya. Ciri pertama pengajian YA Ibad, menata niat ; ngaji di YA Ibad itu dianggap suatu perkara yang sakral dan tidak boleh dilakukan dengan main-main. Oleh karenanya, peserta yang datang ke pengajian YA Ibad niatnya hanya untuk mengaji dengan berharap ampunan serta rahmat Allah SWT. Ngaji di YA Ibad, bukanlah tempat berbagai transaksi bisnis, pamer kekayaan atau mengejar niat duniawi lainnya, jadi murni betul-betul datang hanya untuk mengaji. Makanya, siapapun yang datang ke pengajian YA Ibad akan merasakan atmosfir yang berbeda. Suasana kekeluargaan terasa sangat kental kendatipun baru berkenalan dengan yang lain. Senyum ramah dan sapaan santun terpancar di mana-mana, sehingga suasananya betul-betul feel home ; terasa seperti di rumah sendiri, terasa seperti di dalam lingkungan keluarga sendiri.

Ciri kedua pengajian YA Ibad, menata duduk ; beberapa menit sebelum pengajian YA Ibad dimulai, peserta sudah menata rapi duduk mereka layaknya orang yang duduk yoga. Duduknya bersila dengan posisi kaki kanan menyilang rata keatas kaki kiri serta punggung ditegak-luruskan. Di dalam ilmu yoga diterangkan bahwa dengan duduk kaki rata menyilang serta punggung tegak lurusnya akan melancarkan peredaran darah dan udara ke seluruh tubuh, dengan begini seseorang akan terhindar dari rasa bosan, lelah dan mengantuk disaat mengaji meskipun duduk berjam-jam. Di Ya Ibad, sangat tidak dianjurkan mengaji dengan posisi duduk kaki diselonjorkan ke depan, kaki dibuka lebar-lebar atau duduk dengan mengangkat dan menyilangkan kedua paha kaki kemudian sandarkan ke dada lalu memeluknya. Karena, hal ini justru akan membuat murka dan bencinya Allah SWT.

Ciri ketiga pengajian YA Ibad, menata hati ; ketika da’i atau penceramah akan menuju panggung atau podium, seluruh peserta pengajian sudah tenang. Tidak lagi ada yang berbicara atau berbisik kendatipun dengan orang disampingnya. Diamnya peserta pengajian dibarengi dengan berzikir dalam hati, belajar mendengarkan pengajian lewat telinga fisik dan telinga batin. Hal inilah yang menciptakan suasana khusyu dan khidmat hingga selesai pengajian. Jika ketiga hal tersebut dilakukan pada setiap kali pengajian maka insya Allah manusia akan merasakan dampak langsung dari rahmat Allah SWT.

Ada satu kejadian luar biasa pada pengajian YA Ibad di tahun 1994 yang diadakan di lapangan bulu tangkis yang terbuka di kawasan jalan Kaliasin Surabaya. Semua peserta pengajian yang berjumlah lebih dari 1000 orang duduk sama rendah di lapangan tersebut, termasuk guru kami, KH. Mochammad As’ad Syukur fauzanni. Di saat guru kami sedang memberikan ceramah tiba-tiba turun hujan dengan derasnya dan membuat guru kami dan seluruh peserta pengajian, basah kuyup. Tapi anehnya, tidak ada seorang pun yang berdiri atau berpindah tempat duduknya. Semuanya tetap duduk dengan tenang, seolah-olah tidak terjadi apa apa. Guru kami pun lantas bertanya ; apakah pengajian ini diteruskan atau dihentikan, spontan seluruh peserta pengajian menjawab, teruskan. Suara peserta pengajian begitu keras dan menggema serta terasa menerobos hingga ke tulang-tulang dan dada-dada seluruh peserta pengajian. dan terasa ada kekuatan yang tak terlihat yang menyelimuti suasana pengajian.

Lalu, tampak murid yang membaca Al Qur’an yang duduk disamping KH. Mochammad As;ad Syukur Fauzanni berdiri mengambil payung dan hendak memayungi guru kami agar tidak basah kuyup. Tapi, Beliau menolaknya dengan halus sambil berkata,“Payungilah Al Qur’an yang kamu baca itu agar tidak basah terkena hujan karena dia-lah yang akan menjadi saksi di akherat atas peristiwa ini dan akan membela kalian semua”. Sungguh menakjubkan ! dan sejak kejadian itu hampir di seluruh pengajian YA Ibad tidak akan dihentikan meskipun diterpa hujan deras.

Inilah salah satu contoh nyata yang diajarkan oleh guru kami, KH. mochammad as’ad Syukur Fauzanni tentang arti dan makna yang terkandung di dalam pengajian. Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang telah diberikannmya kepada kami. Beliau tidak pernah mengeluh sedikitpun serta tidak bosan-bosannya mengajarkan kami untuk selalu, selalu dan selalu menyiar-nyiarkan agama Allah SWT, dimanapun dan dalam kondisi apapun.

Terima kasih, Abah As’ad. Insya Allah, akan selalu kami ingat apa yang telah Abah ajarkan kepada kami semua dan akan kami lanjutkan ajaran dan perjuanganmu dengan seluruh jiwa dan raga kami. Semoga apa yang telah Abah As’ad ajarkan tercatat di sisi Allah SWT sebagai amalan yang baik dan benar dan bernilai kebaikan yang tak pernah terputus hingga yaumul akhir serta berbuah pahala yang penuh ridho dari Allah SWT. Amin.

Ditulis oleh : Murid KH. Mochammad As’ad Syukur Fauzanni

Di Makassar, Sulawesi Selatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar