Senin, 28 November 2011

Rasulullah s.a.w. mendidik umatnya dengan budi pekerti yang luhur dan akhlak yang mulia


Posted by akarimomar under akhlak Rasulullah Leave a Comment 

Dan orang pertama yang dimaksudkan bagi pendidikan dan pengajaran ini, ialah diri Rasulullah s.a.w. Kemudian dari itulah barulah cahayanya menyinari sekalian makhluk yang lain. Sesungguhnya baginda Rasulullah s.a.w. telah mendapat pendidikan yang sempurna dari al-Quran, lalu baginda mendidik ummatnya pula dengan al-Quran juga.
Sebab itulah Rasulullah s.a.w. telah bersabda:
“Aku telah diutus semata-mata untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia.”
Selanjutnya Rasulullah s.a.w. telah mengajak sekalian makhluk supaya melengkapi diri masing-masing dengan akhlak yang mulia, Apabila Allah Ta’ala telah menyempurnakan budi perkerti baginda lalu Allah memujinya dengan firmanNya yang berbunyi:
“Dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad), di atas budi pekerti yang amat luhur.” (al-Qalam: 4)
Kemudian baginda pun menyatakan kepada sekalian makhluk di bumi, bahawasanya Allah amat mencintai akhlak dan budi pekerti yang mulia seraya membenci akhlak dan kelakuan yang jahat.
Berkata Saiyidina Ali r.a.: Aku merasa amat hairan, bila seorang Muslim didatangi saudaranya Muslim yang lain dengan suatu keperluan, malangnya ia tiada menganggap dirinya layak untuk membuat kebajikan. Apakah ia tiada mengharapkan pahala, ataupun tiada takut kepada balasan? Sepatutnya ia akan menyegerakan dirinya kepada budi pekerti yang mulia, kerana yang demikian itu akan menunjukkan dia ke jalan yang selamat.

Dalam sebuah Hadis pula:
Sesungguhnya Allah menghiasi Islam dengan budi pekerti yang mulia dan perbuatan yang terpuji.”
Dalam kontek Hadis tersebut ialah: Bergaul dengan baik memperlakukan secara terhormat dan sopan-santun, membuat baik, memberi makanan dan minuman, memberi salam, melawat pesakit, mengiringi jenazah, berbaik-baik dengan semua jiran, tidak kira Muslim atau kafir, menghormati orang yang lebih tua, menerima undangan dan mendoakan bagi si pengundang, memaafkan orang memperdamaikan antara orang ramai, murah hati dan sedia memberi, berlapang dada, menahan marah, meninggalkan segala larangan agama, menjauhi caci-maki, tidak bohong, tidak kikir dan bakhil, tidak menghampakan, tidak menipu atau memperdayakan orang, tidak mengumpat, tidak mengadu domba, tidak memutuskan tali silaturrahim, tidak berakhlak jahat, tidak sombong, tidak bermegah diri, tidak meninggi diri, tidak banyak bicara, tidak bercakap kotor, tidak melakukan keji-kejian, tidak menyumpah-seranah, tidak dengki atau hasad, tidak memuji diri, tidak membuat curang, tidak melanggar batas dan tidak menganiayai.
Berkata anas r.a: Tidak ada suatu nasihat yang baik yang dianjurkan oleh Rasulullah s.a.w melainkan baginda telah menyeru kita sekalian untuk bersifat dengannya dan memerintahkan kita melengkapi diri kita dengannya. Sebaliknya tidak ada suatu penipuan atau kecelaan yang dilarang oleh baginda, melainkan baginda telah mengingatkan kita, dan menyuruh kita menjauhi diri daripadanya.
Dan memadailah bagi kita ayat yang berikut ini, sebab ia telah mencakup semua sifat-sifat mulia yang perlu kita bersifat dengannya; iaitu firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya Allah memerintah agar berlaku adil, berbuat baik dan memberi keluarga yang terdekat dan Dia melarang berbuat kekejian (zina), kemungkaran dan kedurhakaan. Allah menasihati kamu moga-moga kamu sekalian ingat”. (an-Nahl: 90)
Berkata Mu’az pula: Rasulullah s.a.w. telah berwasiat kepadaku, katanya: Wahai Mu’az! Aku mewasiatkan engkau dengan bertaqwa kepada Allah, dan berbicara benar, menepati janji, menunaikan amanat, menjauhi khianat, memelihara tetangga, berbelas kasihan terhadap anak yatim, berlunak dalam kata bicara, memberi salam, bagus dalam pekerjaan, sedikit berangan-angan, menetapi keimanan, mendalami al-Quran, mencintai akhirat, gentar akan hari penghisaban dan merendah diri.
Aku melarang engkau memaki orang yang bijaksana, mendustakan orang yang benar, menuruti orang yang berdosa, mendurhakai Imam (Pemerintah) yang adil dan merosakkan tanah.
Aku mewasiatkan lagi agar engkau sentiasa takut kepada Allah pada setiap batu, pohon dan tanah. Dan hendaklah engkau bertaubat pada setiap dosa yang engkau lakukan. Yang rahsia secara rahsia, dan yang terang secara terang-terangan.
Demikianlah contohnya baginda Rasulullah s.a.w. mendidik umatnya serta menyeru mereka supaya bersifat dengan budi pekerti yang luhur dan akhlak yang mulia

Minggu, 27 November 2011

Muktamar ke 2 YA-Ibad (Yayasan Almukhlashin Ibadurrahman)

Kepada Seluruh Jamaah Yayasan Almukhlashin Ibadurrahman (Ya Ibad) Se-Indonesia Khususnya dan Masyarakat Indonesia pada umumnya, kami mohon do’a dan dukungannya. Insya ALLAH kami akan menyelenggarakan MUKTAMAR ke-2 Yayasan Almukhlashin Ibadurrahman (YA Ibad) pada tahun 2012 Di Jakarta. Semoga Apa yang direncanakan dapat selamat, sukses dan diridhoi ALLAH SWT.

Amiin

YA-Ibad Bekerjasama dengan POLRI

YA-Ibad Bekerjasama dengan POLRI

November 13, 2011

Sosialisasi Bahaya Terorisme
TEROR dan TERORISME adalah dua kata yang hampir sejenis yang dalam satu dekade ini menjadi sangat populer, atau tepatnya sejak peristiwa runtuhnya WTC (World Trade Center) tanggal 9 September 2001 yang lalu. Jika kita memasukan kata terorisme pada mesin pencari di internet, maka kita akan mendapati ribuan bahkan jutaan hasilnya, dengan segala latar belakang, pembelaan, tuduhan, perkembangan, dan lain-lainnya. Yang ironisnya, selalu saja menjadi kata sifat dan keterangan dari sebuah agama bernama Islam. Kata teror berasal dari bahasa latin yaitu terrere. Namun di masa Revolusi Perancis, kata teror sendiri juga dikenal dengan sebutan “Le terreur” yang berasal dari bahasa Perancis. Kata tersebut semula hanya dipergunakan untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah. Selanjutnya kata terorisme dipergunakan untuk menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Maka secara tak langsung kata terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun kegiatan yang anti pemerintah.
Terorisme berkembang sejak berabad lampau. Asalnya, terorisme hanya berupa kejahatan murni seperti pembunuhan dan ancaman yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Perkembangannya bermula dalam bentuk fanatisme aliran kepercayaan yang kemudian berubah menjadi pembunuhan, baik yang dilakukan secara perorangan maupun oleh suatu kelompok terhadap penguasa yang dianggap sebagai pelakunya.
Namun tidak dipungkiri, bahwa sekarang ini, Islam diidentifikasikan sedemikian rupa sebagai agama yang mengusung terorisme. Perkembangan Islam, baik secara institusi atau pun individualnya, telah mengkhawatirkan dunia internasional sedemikian rupa tanpa alasan yang jelas sama sekali. Stigma Islam yang melahirkan kekerasan terus dimunculkan setiap hari di berbagai belahan dunia. Hingga umat pun perlahan-lahan mulai percaya bahwa Islam mengusung kekerasan seperti itu, padahal tak sedikitpun agama islam menganjurkan kekerasan. Dalam berperang, Islam telah mengajarkan syarat dan ketentuan seperti tidak sembarangan boleh membunuh, tidak boleh merusak pepohonan, tidak boleh berlebihan, dan sebagainya.
Menyikapi keadaan seperti ini, Yayasan Almukhlashin Ibadurrahman YA-Ibad bekerjasama dengan SATBINMAS (Satuan Pembinaan Masyarakat) Kepolisian Resort Jakarta Selatan mengadakan penyuluhan mengenai pencegahan terorisme kepada seluruh jamaah YA-Ibad cabang Jakarta, yang pesertanya mulai dari Cikampek, Karawang, Sukabumi, Jakarta, Lampung, dan Medan. Yang tujuan diselenggarakan acara ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan ketaatan Jamaah YA-Ibad terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan serta terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat.
KASATBINMAS POLRES Jakarta Selatan AKBP Dri Hastuti SH selaku pembicara, memberikan arahan dan pengertian serta menjelaskan dengan sejelas-jelasnya mengenai kriminalitas yang terjadi di wilayah Jakarta Selatan terutama masalah TERORISME. Beliau sangat berharap kepada seluruh jamaah Yayasan Almukhlashin Ibadurrahman YA-Ibad tidak termasuk dalam kegiatan tersebut bahkan membantu pihak kepolisian untuk menjaga keamanan dan ketertiban hidup bermasyarakat di wilayahnya masing-masing.

Humas Muktamar Ke 2 YA-Ibad

Selasa, 22 November 2011

Lirik lagu Maher Zain Insya Allah (feat. Fadly Padi)

Insya Allah (feat. Fadly Padi)


Ketika kau tak sanggup melangkah
Hilang arah dalam kesendirian
Tiada mentari bagai malam yang kelam
Tiada tempat untuk berlabuh
Bertahan terus berharap
Allah selalu di sisimu
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
Every time you commit one more mistake
You feel you can’t repent and that it’s way too late
You’re so confused wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame
But don’t despair and never lose hope
’Cause Allah is always by your side
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah you’ll find a way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah ada jalan
Turn to Allah He’s never far away
Put your trust in Him, raise your hands and pray
Oh Ya Allah tuntun langkahku di jalanmu
Hanya engkaulah pelitaku
Tuntun aku di jalanmu selamanya
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way
Insya Allah, Insya Allah
Insya Allah we’ll find our way

Minggu, 13 November 2011

Syukur dan Syukur karena kami telah bertemu dengan YA Ibad

Alhamdulillah.....

 Ternyata apa yang telah rasul jalankan, mendekati apa yang telah kami terima dari guru kami K.H. mochamad as'ad Syukur Fauzani (almarhum) dan kami berterima kasih kepada Allah SWT karena sampai detik ini masih diberikan nikmat Islam, dan dapat berjuang melalui wadah yang beliau dirikan yaitu Yayasan Al Mukhlashin Ibadurrahman (YA Ibad).
Semoga Allah SWT membalas amal kebajikan yang telah beliau curahkan untuk kepentingan  Islam.
Amiin Ya Rabbal A'lamin.
dari kami,


bayoesatria.

5. Majlis Nabi


5. Majlis Nabi

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.


Baginda tidak pernah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.


Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.


Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari tempat itu.

6. Diamnya Nabi


6. Diamnya Nabi

Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.

4. Pergaulan Nabi

4. Pergaulan Nabi

Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.

Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.

3. Rumah Nabi

3. Rumah Nabi

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.


Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.


Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.

2. Keseharian Nabi

2. Keseharian Nabi.

Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya! Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.


Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.

Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.

Kebiasaan Nabi Muhammad SAW

1. Fisikal Nabi
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata:
“ Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.

YA Ibad mengikuti dan menjalankan perikehidupan Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat


Dan orang-orang yang terdahulu; yang mula-mula dari orang-orang “Muhajirin” dan “Ansar” (berhijrah dan memberi bantuan), dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah reda kepada mereka dan mereka pula reda kepada Nya, serta Dia menyediakan untuk mereka syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar. (Surah At-Taubah, Ayat 100)
  • Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling menyayangi antara satu sama lain. Mahukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling menyayangi antara satu sama lain? Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (Muslim)